Indonesia dikenal sebagai bangsa dengan
peradaban yang tinggi, hal ini dibuktikan banyaknya kerajaan besar yang
tersebar dianatara penjuru Nusantara. Beberapa kerajaan bercorak Hindu-Budha
seperti Majapahit, Singasari, Sriwijaya dan lainnya mungkin tidak asing bagi
kita. Namun, tahukah anda bahwa ada 5 Kesultanan Islam yang sangat berpengaruh
di Nusantara hingga Mancanegara. Berikut ulasannya :
1.
Kesultanan Giri
Sejarah Kesultanan Giri memang tak banyak
dijelaskan dalam literatur, karena keteguhannya menyebarkan Islam berhaluan
Ahlussunah Wal Jama’ah serta dikenal sangat menentang penjajahan Belanda yang
bekerjasama dengan Kerajaan Mataram Islam dibawah kekuasaan Amangkurat yang
berhaluan Syi’ah Kejawen.
Kesultanan ini pada mulanya merupakan
Pesantren yang dibangun tahun 1470-an oleh Syaikh Maulana Ainul Yaqin (Sunan
Giri) salah seorang Wali Songo dan berkembang menjadi Kesultanan pada tanggal 4
Rabi’ul Awwal 1892 Hijriyah (9 Maret 1487) yang berlokasi diatas sebuah bukit
di Dusun Kedaton, Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.
Ketauladanan Sunan Giri sebagai seorang ulama
yang arif dan bijaksana serta memiliki kecerdasan dan akhlaqul karimah membuat
Kesultanan ini terus berkembang. Uniknya kesultanan ini tidak memiliki wilayah
administratif yang pasti namun fatwanya menjadi acuan para raja-raja Islam di
Nusantara. Bahkan seorang raja Islam di Nusantara merasa belum sah menjadi raja
apabila tidak dilantik di Giri Kedaton oleh Sultan Giri yang tak lain adalah
Sunan Giri dan keturunannya. Sunan Giri beserta para keturunan dan santrinya
berdakwah ke penjuru Nusantara seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa
Tenggara, bahkan pada masa Sunan Prapen (cucu Sunan Giri) dakwah Islam sudah
mencapai di tanah Papua, Bali, dan Nusa Tenggara.
Beberapa peninggalan dari Kesultanan Giri, yaitu
Masjid Sunan Giri, Giri Kedaton, Kitab (Fiqih dan Tasawuf) Sitina karya Sunan
Giri, Kitab Primbon Agung (Medis, Astronomi, dll) karya Sunan Giri , Telogo
Pegat dan sebagainya.
Berikut daftar Sultan Giri :
a. Syaikh Maulana Ainul Yaqin “Sunan Giri” (1487 –
1506)
b. Syaikh Maulana Zainal Abidin “Sunan Dalem” (1506 – 1546)
c. Sunan Seda ing Margi (1546 – 1548)
d. Syaikh Maulana Fatichal “Sunan Prapen” (1548 – 1605)
e. Panembahan Kawisguwo (1605 – 1610)
f. Panembahan Agung (1610 – 1612)
g. Panembahan Sedangrana (1612 – 1619)
h. Panembahan Mas Witono (1619 – 1660)
i.
Pangeran
Puspahita (1660
– 1680)
j.
Pangeran
Singo Negara (1703
– 1725)
k. Pangeran Singosari (1725 – 1744)
2.
Kesultanan Demak
Kesultanan Demak secara
administratif merupakan Kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Pada awalnya
wilayah ini bernama Bintoro, salah wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Karena
semakin lemahnya pengaruh Kerajaan Majapahit, hal tersebut mengakibatkan
beberapa penguasa daerah mulai membangun wilayah kekuasaannya sendiri, termasuk
penguasa Islam di pesisir pantai Jawa. Hal ini tidak terlepas dari jasa Wali
Songo yang mampu mempersatukan kekuatan Islam di Nusantara, khususnya tanah
Jawa.
Mereka membangun wilayah kekuasaan Islam dengan
menunjuk Raden Patah sebagai raja dari Kesultanan Islam pertama di Pulau jawa
ini. Setelah diangkat menjadi raja, Raden Patah mendapat gelar Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidina Panatagama.
Kesultanan Demak berdiri pada
tahun 1478. Palembang, Maluku, Banjar, dan wilayah bagian utara pulau jawa merupakan
daerah kekuasaan Kesultanan Demak. Pada saat ulama penempati peranan penting di
dalam kerajaan, Wali Songo adalah penasehat kerajaan. Tahun 1518 Raden Patah
digantikan oleh Putranya yang bernama Pati Unus. Pada masa kepemimpinannya
Adipati Unus atau yang sering dijuluki Pangeran Sabrang Lor ini bersama dengan
Kerajaan Aceh menyerang penjajah Portugis yang menduduki Malaka pada saat itu.
Pati Unus meninggal pada tahun
1521 dan digantikan oleh adiknya, yaitu Sultan Trenggono. Kesultanan ini
mengalami kemunduran karena perebutan kekuasaan antar pewarisnya. Beberapa
peninggalan Kesultanan Demak, yaitu Masjid Agung Demak, Soko Tatal dan Soko
Guru, Pintu Bleedek, Kentongan, Bedug, Dampar Kencana, Pirim Campa, Kolam
Wudhu, dan Makrusah.
Berikut daftar Sultan Demak :
a. Raden Patah “Sunan Demak” (1500 – 1518)
b. Raden Abdul Qadir “Pati Unus” (1518 – 1521)
c. Sultan Trenggana (1521 – 1526)
d. Raden Mukmin “Sunan Prawoto” (1546 – 1549)
e. Arya Penangsang (1549 – 1554)
3.
Kesultanan Cirebon
Kesultanan ini berdiri pada
tahun 1522, didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Kerajaan ini merupakan Kesultanan
Islam pertama di Jawa Barat. Sunan Gunung Jati berjasa dalam menyebarkan agama
Islam di Jawa Barat. Karena kedudukannya sebagai Wali Songo, sehingga beliau
banyak dihormati oleh raja-raja lain di pulau Jawa, seperti raja dari Demak dan
Pajang. Di bawah kepemimpinannya juga Kerajaan Cirebon ini memiliki banyak
wilayah kekuasaan.
Sunan Gunung Jati meninggal
pada tahun 1570 dan digantikan oleh cicitnya yang bergelar Panembahan Ratu.
Pada tahun 1650 Panembahan meninggal dan digantikan oleh putranya yang bergelar
Penaembahan Girilaya. Setelah Panembahan Girilaya meninggal Kesultanan Islam
Cirebon dibagi menjadi dua (tahun 1697) oleh kedua puranya, Martawijaya
(Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).
Beberapa peninggalan dari
Kerajaan Islam Cirebon ini, yaitu Masjid Jami’ Pakuncen, Masjid Sang Cipta
Rasa, Keraton Kacirebonan, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Makan, dan
beberapa benda pusaka.
Berikut daftar Sultan Cirebon :
a.
Syarif
Hidayatullah “Sunan Gunung Jati” (1478
– 1495)
b.
Pangeran
Muhammad Arifin
c.
Pangeran
Sedang Kamuning
d.
Pangeran
Emas Zainul Arifin (1568
– 1649)
e.
Pangerang
Sedang Gayam
f.
Panembahan
Girilaya (1649
– 1662)
4. Kesultanan Banten
Kesultanan ini didirikan pada
tahun 1552 oleh Sultan Hasanudin, yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati.
Setelah berhasil menaklukan Banten pada tahun 1525 Sunan Gunung Jati
menyerahkan kekuasaan Banten kepada putranya tersebut.
Di bawah kepemimpinannya
Kesultanan Banten semakin kuat dan memiliki banyak wilayah kekuasaan, bahkan
sampai ke Sumatera selatan dan Kelampung. Sultan Hasanudin menikah dengan putri
Kerajaan Demak, yaitu putri dari Sultan Indrapura.
Kerajaan ini mencapai puncak
kekuasaannya pada saat kepemimpinan Ki Ageng Tirtayasa. Beberapa
peninggalan Kerajaan Islam Banten ini, yaitu Istana Keraton Surosowan Banten,
Istana Keraton Kaibon Banten, Masjid Agung Banten, Vihara Avalokitesvara,
Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk, Danau Tasikardi, Keris Naga Sasra, dan Keris
Panunggul Naga.
Berikut daftar Sultan Banten :
a.
Sultan
Maulana Hasanuddin (1552
– 1570)
b.
Sultan Maulana
Yusuf (1570
– 1585)
c.
Sultan Maulana Muhammad (1585 – 1596)
d.
Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir (1596 – 1647)
e.
Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad (1647 – 1651)
f.
Sultan Ageng Tirtayasa (1651
– 1683)
0 komentar:
Posting Komentar