Rabu, 24 Oktober 2018

KISAH NYAI AGENG TUMENGKANG SARI


Nyai Ageng Tumengkang Sari adalah putri Sunan Weruju bin Syaikh Maulana Ainul Yaqin bin Syaikh Maulana Ishaq bin Syaikh Ibrahim Asmaraqandi bin Syaikh Jamaluddin Husein bin Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik bin Alawi bin Muhammad Shahibul Mirbad bin Ali Kholi Qosam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Al Naqib bin Ali Ar Aridhi bin Jakfar As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali Karamallahuwajhah, suami Fathimah binti Nabi Muhammad Shollahu alaihi wassalam.

Nyai Ageng Tumengkang Sari tumbuh sebagai wanita berparas cantik dan sholehah serta sangat berjasa pada penyebaran agama Islam kepada masyarakat setempat. Kemampuannya dalam pengetahuan dunia medis diaplikasikan untuk membantu masyarakat yang sedang sakit ataupun melahirkan tanpa meminta imbalan. Sebagian masyarakat masih percaya dengan bermunajad di pusara Nyai Ageng Tumengkang Sari dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala maka proses persalinan bayinya akan menjadi gangsar (muda dan lancar). Para peziarah itu biasanya membawa minyak kelapa dan air dari Sumur Songo yang diyakini berkhasiat terutama membantu proses melahirkan.


Sumur Songo sendiri menjadi cikal bakal nama Dusun yang berarti sumur sembilan. Keberadaan sumur songo tidak terlepas dari kisah pinangan seorang raja yang tampan dan kaya kepada Nyai Ageng Tumengkang Sari. Namun sang raja bersikeras tidak mau memeluk agama Islam sebagai syarat yang diajukan Nyai Ageng Tumengkang Sari. Untuk mengagalkan niat sang raja, Nyai Ageng Tumengkang Sari memberikan syarat kepada sang raja untuk membuat sepuluh sumur dalam waktu semalam. Syarat yang diajukan untuk membuat sepuluh sumur dalam semalam pun dapat dipenuhi oleh sang raja. 

Namun, Nyai Ageng Tumengkang Sari tidak kehabisan ide untuk menolak seara halus, beliau menghitung jumlah sumur tersebut dengan cara mendudukinya salah satu sehingga jumlah yang dapat dihitung hanya berjumlah sembilan. Kecerdasaan Nyai Ageng Tumengkang Sari membuatnya terhindar dari pernikahan beda agama, beliau tetap berpegang teguh pada syari’at Islam yang tidak memperbolehkan menikah beda agama. Sayangnya beliau wafat dalam keadaan muda dan belum menikah.


Nyai Ageng Tumengkang Sari wafat pada tanggal 12 Shafar di Dusun Sumur Songo, Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Gresik. Dalam cungkup pusara makam terdapat makam Nyai Ageng Tumengkang Sari dan Buyut Susilowati yang merupakan dayang (pengikut) setia beliau. Disekitar cungkup utama terdapat beberapa nisan pengikut beliau yang jga sangat berjasa kepada masyarakat diantaranya Mbah Brojol (Brojol = Melahirkan) dan Mbah Goplo.


Sebuah batu andesit berbentuk lumpang yang kala itu dipergunakan untuk membuat jamu masih bisa kita saksikan di halaman cungkup utama. Sayangnya alu yang berfungsi sebagai penumbuk bahan jamu tidak saya temukan, entah ke mana? hilang atau disimpan, saya kurang tahu.

Follow : Wisata Gresik













Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.