Nyai Ageng
Tumengkang Sari adalah putri Sunan Weruju
bin Syaikh Maulana Ainul Yaqin bin Syaikh Maulana Ishaq bin Syaikh Ibrahim Asmaraqandi bin Syaikh Jamaluddin Husein bin Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik
bin Alawi bin Muhammad Shahibul Mirbad bin Ali
Kholi Qosam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin
Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Al Naqib
bin Ali Ar Aridhi bin Jakfar As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali Karamallahuwajhah, suami
Fathimah binti Nabi Muhammad Shollahu alaihi wassalam.
Nyai Ageng
Tumengkang Sari tumbuh sebagai wanita berparas cantik dan sholehah serta sangat
berjasa pada penyebaran agama Islam kepada masyarakat setempat. Kemampuannya
dalam pengetahuan dunia medis diaplikasikan untuk membantu masyarakat yang
sedang sakit ataupun melahirkan tanpa meminta imbalan. Sebagian masyarakat masih percaya dengan bermunajad di
pusara Nyai Ageng Tumengkang Sari dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
maka proses persalinan bayinya akan menjadi gangsar (muda
dan lancar). Para peziarah itu biasanya membawa minyak kelapa dan air dari
Sumur Songo yang diyakini berkhasiat terutama membantu proses melahirkan.
Sumur Songo sendiri menjadi cikal
bakal nama Dusun yang berarti sumur sembilan. Keberadaan sumur songo tidak
terlepas dari kisah pinangan seorang raja yang tampan dan kaya kepada Nyai
Ageng Tumengkang Sari. Namun sang raja bersikeras tidak mau memeluk agama Islam
sebagai syarat yang diajukan Nyai Ageng Tumengkang Sari. Untuk mengagalkan niat
sang raja, Nyai Ageng Tumengkang Sari memberikan syarat kepada sang raja untuk
membuat sepuluh sumur dalam waktu semalam. Syarat yang diajukan untuk membuat
sepuluh sumur dalam semalam pun dapat dipenuhi oleh sang raja.
Namun, Nyai Ageng Tumengkang Sari tidak kehabisan ide untuk menolak seara halus, beliau menghitung jumlah sumur tersebut dengan cara mendudukinya salah satu sehingga jumlah yang dapat dihitung hanya berjumlah sembilan. Kecerdasaan Nyai Ageng Tumengkang Sari membuatnya terhindar dari pernikahan beda agama, beliau tetap berpegang teguh pada syari’at Islam yang tidak memperbolehkan menikah beda agama. Sayangnya beliau wafat dalam keadaan muda dan belum menikah.
Namun, Nyai Ageng Tumengkang Sari tidak kehabisan ide untuk menolak seara halus, beliau menghitung jumlah sumur tersebut dengan cara mendudukinya salah satu sehingga jumlah yang dapat dihitung hanya berjumlah sembilan. Kecerdasaan Nyai Ageng Tumengkang Sari membuatnya terhindar dari pernikahan beda agama, beliau tetap berpegang teguh pada syari’at Islam yang tidak memperbolehkan menikah beda agama. Sayangnya beliau wafat dalam keadaan muda dan belum menikah.
Nyai Ageng Tumengkang Sari wafat pada
tanggal 12 Shafar di Dusun Sumur Songo, Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Gresik.
Dalam cungkup pusara makam terdapat makam Nyai Ageng Tumengkang Sari dan Buyut
Susilowati yang merupakan dayang (pengikut) setia beliau. Disekitar cungkup
utama terdapat beberapa nisan pengikut beliau yang jga sangat berjasa kepada
masyarakat diantaranya Mbah Brojol (Brojol = Melahirkan) dan Mbah Goplo.
Sebuah
batu andesit berbentuk lumpang yang kala itu
dipergunakan untuk membuat jamu masih bisa kita saksikan di halaman cungkup
utama. Sayangnya alu yang
berfungsi sebagai penumbuk bahan jamu tidak saya temukan, entah ke mana? hilang
atau disimpan, saya kurang tahu.
Foto : Anggita Maulina Mayangsari
Follow : Wisata Gresik
0 komentar:
Posting Komentar